Log in to access resources reserved for MDRT members.
Dari mentor kampus ke leader
Dari mentor kampus ke leader

Mei 01 2025 / Majalah Round the Table

Dari mentor kampus ke leader

Melek finansial sejak usia dini, Sequitin genapi bisnis keluarganya.

Topik bahasan

Ginelle Patricia B. Sequitin sudah menjual asuransi jauh sebelum ia menjadi penasihat.

“Dulu, Ibu sering membawa saya ke kantornya dan di sana saya menyimak sesi-sesi pelatihannya. Karena Ayah juga penasihat keuangan, obrolan di rumah biasanya soal pekerjaan. Suasananya pun kondusif bagi saya untuk belajar literasi keuangan
di usia dini,” kata anggota lima tahun MDRT ini. “Tapi, saya tak pernah terpikir mengikuti jejak mereka sampai seorang teman sekelas di kuliah saya mendekati untuk belajar soal asuransi karena tahu itu profesi orang tua saya.”

Temannya yang lain juga jadi tertarik dan ingin membangun kekayaan mereka. “Setelah saya presentasi pengenalan asuransi dan investasi, ibu saya lalu menjelaskan soal produk-produk finansialnya. Kami sukses mengasuransikan enam orang teman saya,” kata Sequitin.

Setelah wisuda, Sequitin memutuskan bergabung ke tim orang tuanya. “Mereka bilang saya akan diperlakukan seperti agen biasa di bawah mereka. Jika tidak mencapai target, saya diberhentikan. Tidak ada perlakuan khusus. Dan hari ini, saya jadi unit manager yang tangani 400 nasabah, 17 penasihat, dan telah membentuk tim baru berisi 13 penasihat.”

Hijrah ke profesi baru

Jalan ibu Sequitin, Angelita, agak berbeda. Ia menjadi penasihat pada 2011 usai sembuh dari kanker payudara. Dua tahun sebelumnya, ia ditawari asuransi, tapi ia tolak karena merasa itu pengeluaran tambahan yang tak penting. Untungnya, asuransi dari perusahaan suaminya, Nelson, saat itu membantunya menutup biaya pengobatan.

“Setelah pemulihan saya merenung, betapa lebih mudah bagi keluarga kami andai saya punya asuransi,” kata Angelita Bestres Sequitin, anggota empat tahun MDRT.

Pengalaman ini mendorongnya membantu lebih banyak orang untuk melindungi diri mereka melalui literasi keuangan.

“Dulu saya pemalu dan sensitif, dan itu kendala. Bagaimana saya membantu orang lain melek finansial jika saya tak bisa bicara dengan mereka dan menerangkan konsep dengan jelas? Dengan tekad bulat dan terus berlatih, saya mengalahkan rasa takut itu. Setelah mendengarkan kisah-kisah orang lain, saya makin yakin dan berempati, yang bantu mengasah keterampilan saya. ‘Merawat impian, mengubah kehidupan’ adalah tujuan tim kami,” kata Angelita.

Keluar dari zona nyaman

Sebagai keluarga, mereka berhasil bekerja bersama. Angelita jadi kepala unit bisnis, sementara Ginelle jadi salah satu manajer di bawah Nelson, yang berpengalaman 20 tahun lebih di perusahaan sebelum menjadi penasihat pada 2014. Ia mendorong putrinya mengambil risiko dan memanfaatkan setiap peluang belajar.

“Saya mahasiswi sibuk,” kata Ginelle. “Saya mentor skripsi, anggota klub debat, wakil presiden organisasi mahasiswa, ikut kompetisi kecantikan, dan ikut BEM. Meski takut, saya jadikan tantangan semacam ini peluang belajar. Pola pikir seperti ini telah menunjang karier saya.”

Pola pikirnya didukung oleh laku meditasi. Saat ia terjangkit Covid-19, public speaking, yang tadinya fasih dilakukan, tiba-tiba membuatnya cemas. Ia merasa malu saat tiba-tiba lupa hal yang ingin diutarakannya ketika mengikuti sesi-sesi virtual dengan para kolega. Penyakit itu, ditambah masalah pribadi yang menguras energinya, berdampak ke pekerjaan dan menimbulkan serangan panik.

“Saya tahu saya harus berbuat sesuatu,” kata Ginelle. “Saya menghubungi life coach tepercaya yang memperkenalkan meditasi berkelompok jam 4 pagi. Kami fokus pada rasa takut, kecewa, dan kegelisahan hidup pribadi. Lalu kami saling berbagi cerita, mencapai kejelasan dan kedamaian dalam prosesnya. Laku ini telah membantu menenteramkan saya sepanjang hari. Selain meditasi, saat teduh juga menuntun saya secara rohani.”

Meski pandemi, ia berhasil meraih MDRT lagi. Ia pun berbagi pengalaman dengan para kolega tentang cara mencapai target, memprospek, dan closing lebih besar lewat kombinasi polis, dan cara meng-upgrade polis nasabah saat ini pada tinjauan tahunan.

“Dalam perjalanan menjadi pribadi, anak, dan praktisi lebih baik, saya awali hari dengan meditasi dan olahraga. Saya luangkan waktu pribadi sebelum bekerja. Dampaknya positif buat hidup saya, mempererat relasi dengan keluarga, teman, dan rekan kerja,” kata Ginelle.

Saat ditanya apa yang membuat unit bisnisnya berbeda dari yang lain, Ginelle berkata bahwa “menjadi keluarga penasihat keuangan adalah keunggulan karena nasabah lebih yakin bahwa layanan kami lintas generasi dan berkelanjutan.”

Langkah-langkah kecil menjadi Manusia Seutuhnya

Selain meditasi, Sequitin menyarankan “bersih-bersih jiwa” untuk jaga kesejahteraan diri:

  • Hapus pesan tidak dibaca dan senyapkan notifikasi di ruang digital Anda. Meski mungkin terasa berat di awal, begitu terbiasa, Anda pasti bisa.
  • Rapikan ruangan dengan menyingkirkan tumpukan barang. Perhatikan perasaan Anda setelahnya.
  • Interaksi punya beban tersendiri. Jika berselisih paham dengan seseorang, bicaralah padanya dan cari solusi. Selama meditasi hening, saya berlatih memaafkan, yang bisa sesederhana memaafkan orang di dalam hati. Dalam prosesnya, saya memaafkan diri sendiri.
  • Tata keuangan Anda. Penasihat keuangan perlu menjadi teladan. Jika ada utang, lunasilah sesegera mungkin. Integritas itu amat penting.

Ariana Ubina adalah penulis untuk Team Lewis, agensi komunikasi yang membantu pengembangan konten MDRT untuk pasar Asia Pasifik. Kontak mdrteditorial@teamlewis.com.

Kontak

Angelita Sequitin aesco@sunlife.com
Ginelle Sequitin ginellepatricia.b.sequintin@sunlife.com.ph